Hujan deras yang mengguyur kota Manado sejak 13 Januari 2014 membuat Daerah Aliran Sungai (DAS) Tondano dan DAS Sawangan tidak mampu menampung debit air yang semakin naik. Banjir bandang dan tanah longsor pun tidak dapat dihindari. Akibat bencana ini, ribuan rumah terendam air setinggi satu sampai 2.5 meter bahkan air sudah naik sampai atap rumah. Daerah yang mengalami banjir paling parah berada di wilayah Singkil, Dendengan Luar, Tikala, Tikala Ares, Banjer, Tuminting, Sumompo, Bailang dan Sario. Di kawasan Dendengan dan Sario air sudah naik sampai di atas jembatan. Jembatan Dendengan pun akhirnya terputus karena arus air yang sangat deras. Banjir bandang juga menghanyutkan rumah dan merendam puluhan mobil. Banyak warga yang terjebak di dalam rumah dan tidak bisa keluar, proses evakuasi dilakukan oleh Basarnas, BPBD, TNI Polri dan relawan dari masyarakat. Para pengungsi diamankan di lokasi pengungsian yang tidak terkena banjir seperti di masjid, hotel, gereja dan sekolah. Bisa dibilang ini merupakan bencana terbesar yang melanda Kota Manado setelah banjir yang juga pernah terjadi pada tahun 2013 yang lalu. Sejauh ini korban dilaporkan 18 orang meninggal, 40 ribu mengungsi, dua orang hilang dan sekitar seratus rumah rusak diterjang banjir.
[caption id="attachment_605" align="aligncenter" width="300" caption="Rumah Hanyut Dibawa Derasnya Air"]

Tidak hanya banjir, ruas jalan yang menghubungkan Manado dan Tomohon sempat ditutup akibat longsor dan pohon tumbang. Diperkirakan ada belasan orang yang tertimbun longsor di beberapa lokasi. Para korban adalah pengendara dan penumpang yang sedang berteduh karena hujan saat longsor tiba-tiba menerjang mereka. Petugas SAR dan personel TNI bekerjasama melakukan pencarian korban dan membersihkan lokasi menggunakan alat berat.
[caption id="attachment_607" align="aligncenter" width="300" caption="Petugas SAR dan TNI Saling Bekerja Sama"]

Rapat Kantor Menanggapi Keadaan Darurat Manado
Terjadinya musibah banjir ini tidak menyurutkan semangat pegawai untuk tetap datang ke kantor. Lokasi gedung kantor BPPKI Manado yang berada di Jl. Pomorow cukup tinggi sehingga aman dari banjir. Namun, ada beberapa pegawai dan karyawan kontrak yang menjadi korban, rumah mereka direndam banjir, akses jalanan dari rumah ke kantor tertutup air sehingga mereka tidak dapat berangkat ke kantor untuk bekerja. Mereka pun harus ikut mengungsi dengan korban lainnya. Pegawai BPPKI Manado yang rumahnya terendam banjir adalah Ibu Syamsiah Amali, Sos, Bapak Royke Rotty dan Bapak Syamsu Atta.
Menanggapi musibah ini, Kamis 16 Januari 2014 dilakukan rapat membahas bencana yang menimpa kota Manado. Kegiatan operasional kantor juga terhambat karena listrik mati sejak Rabu sehingga banyak pekerjaan yang akhirnya tertunda untuk diselesaikan.
[caption id="attachment_609" align="aligncenter" width="300" caption="Rapat Darurat Manado Dipimpin Bapak Kepala BPPKI Manado (Kanan)"]
Memimpin rapat Kepala BPPKI Manado, Bapak Drs. N. Kenda, M.Si menginstruksikan agar keadaan darurat ini segera dilaporkan ke Kominfo Pusat. Sedangkan untuk pekerjaan yang tertunda segera dikomunikasikan dengan pihak terkait agar bisa diberikan waktu sambil menunggu keadaan kembali kondusif.
[caption id="attachment_610" align="aligncenter" width="300" caption="Disepakati Memberikan Sumbangan dan Kerja Bakti Sosial"]
Mengenai teman-teman yang ikut menjadi korban, Bapak Kepala meminta dijalankannya sumbangan untuk membantu mereka. Sumbangan bisa berbentuk pakaian bekas dan uang tunai. Bapak Syamsu Atta yang rumahnya diratakan oleh banjir misalnya sangat membutuhkan pakaian, saat banjir menerjang hanya pakaian di badan saja yang bisa dibawa, semua barang-barang di rumah sudah tidak bisa diselamatkan. Begitu juga dengan Ibu Syamsiah Amali dan Bapak Royke Rotty yang seluruh pakaiannya terendam air yang mengandung lumpur.
Setelah seluruh sumbangan terkumpul, rombongan BPPKI Manado yang dipimpin langsung oleh Bapak Kepala mengunjungi teman-teman korban banjir satu per satu untuk memberikan sumbangan sekaligus akan mengadakan kerja bakti sosial membantu membersihkan rumah mereka.
[caption id="attachment_611" align="aligncenter" width="300" caption="Bapak Kepala Turun Langsung Melihat Korban Banjir"]







Keadaan Manado Setelah Banjir Bandang Menerjang
Jumat, 17 Januari 2014 banjir sudah mulai surut, tetapi tetap meninggalkan bekas yaitu sampah, reruntuhan rumah, pohon tumbang dan lumpur setebal 20 cm. Sejumlah rumah, perkantoran dan fasilitas umum sudah mulai dibersihkan.
[caption id="attachment_621" align="aligncenter" width="300" caption="Lumpur Tebal Yang Tersisa Setelah Banjir"]
Jalan-jalan protokol seperti Jalan Samratulangi, jalan Martadinata, Jalan Sudirman dan Jalan Tikala masih digenangi lumpur. Kendaraan yang akan melintas harus berhati-hati karena keadaan jalan yang basah dan licin.
[caption id="attachment_622" align="aligncenter" width="300" caption="Jalanan Masih Tergenang Air dan Licin"]
Suasana mencekam masih terasa karena cuaca yang masih hujan dan angin kencang. Di pinggiran jalan masih ada mobil-mobil yang terbalik diseret banjir belum dievakuasi. Banyak pertokoan yang masih tutup tetapi masyarakat masih terbantu oleh aliran sumbangan dari para dermawan yang mengalir untuk korban Manado dan pasar-pasar darurat yang didirikan di pinggir-pinggir jalan.