Kesenian pertunjukan rakyat di Kupang, NTT, antara lain: Ritus Rebah, Tarian Ja’i, Tarian Lego-Lego. NTT dengan etnisnya yang berjumlah sekitar 40-an menggunakan tarian dan alat-alat tradisional dalam pertunjukan rakyat. Model Pertunjukan Rakyat yang digabungkan dengan media trdisional tidak sekedar dipahami semangat nilainya namun media ini juga diangkat dengan teknologi modernnya, sehingga diharapkan hadir pada posisi strategis dalam melakukan koordinasi dengan Daerah yang berhubungan dengan kapital politik. Setiap tahunnya Dinas Pariwisata Provinsi memberikan bantuan Rp.20 juta untuk satu sanggar di 2 Kabupaten guna Proses pembinaan pengembangan media. Dari 582 sanggar seni tari yang ada di NTT, semuanya berpotensi untuk berkembang sampai tingkat Nasional. Demikian hasil FGD pada penelitian “Media Pertunjukan Rakyat” di Kupang (2 s.d 6 April 2013) dengan tim peneliti Puslitbang APTIKA dan IKP: Kanti Wiludjeng, dan Triko Irianti.
Eduardus Dosi, Pakar Komunikasi Universitas Khatolik Widya Mandiri Kupang, dalam FGD, menjelaskan mengenai model inkulturatif yang bisa menjadi suatu penawaran ketika terjadi pengglobalan masyarakat melalui kegiatan-kegiatan adat istiadat dan tradisi daerah. “Hal ini perlu dijaga jangan sampai hilang atau diklaim oleh negara lain sehingga perlu ada regulasi undang-undang yang mengatur hal tersebut,” ujar pakar Komunikasi tersebut.
Pada kesempatan yang sama, Eden Kalakik, Pakar Seni Budaya, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Prov.NTT menjelaskan bahwa NTT telah membentuk sanggar sekaligus melakukan pembinaan, di NTT juga terdapat 1.100 objek wisata dan pengunjung meningkat 10% setiap tahunnya. “Kita berharap disetiap objek wisata ada sanggarnya. Sehingga ketika wisatawan hadir, bisa dihibur oleh sanggar tarian yang ada,” ujar pakar Seni Budaya tersebut. Wawancara tersebut sebagai trianggulasi data hasil FGD yang telah dilaksanakan sebelumnya. (NM)
