Seni pertunjukan rakyat yang tumbuh dan berkembang di masyarakat Bandung, Jawa Barat terbagi dalam 2 (dua) rumpun, rumpun seni musik dan rumpun seni tari. Pada rumpun seni musik dan suara diantaranya: Angklung, Degung, Rampag Gendang, Rengkong, Kuda Renggong, Kecapi Suling, Bajidoran, Cianjuran, serta Gamelan Sekaten. Sedangkan pada seni tari diantaranya: Tari Jaipongan, Ketuk Tilu, Tari Merak, Kuda Lumping, Tari Topeng, Reog, Wayang Golek, Pencak Silat, Sisingaan, Debus, Gemyung, Kuda Renggong, Pupuh, Sintren, Sisingaan, Toleat, Wayang Golek, Uyeg, Cokek, serta Lenong. Demikian hasil penelitian “Media Pertunjukan Rakyat” di Prov.Jawa Barat yang dilakukan oleh tim peneliti Puslitbang APTIKA dan IKP: Parwoko, Sukirdi, dan Deden Priyatna pada 2 s.d 6 April 2013.
Suwandi Sumartia, Pakar Komunikasi Fakultas Ilmu Komunikasi UNPAD, pada FGD di Hotel D’Batoe menjelaskan supaya penyampaian pesan lebih efektiv, para pelaku seni harus memahami tentang pesan yang akan disampaikan melalui media tradisional, perlu pencerahan bagi para pelaku seni dalam penguasaan pesan-pesan pembangunan, dan perlunya selektivitas dalam memilih jenis media tradisional yang lebih cocok untuk penyampaian pesan. “Teater rakyat seperti Longser, Wayang, Calung, Reog, Gending Karesmen, Jenaka sunda dan Uyeg, Tarling, Kesenian Banjet, Masres, dan Topeng Cisalak serta Topeng Tambun lebih tepat jika dipilih sebagai media penyampaian pesan,” ujar Pakar KomunikasiFakultas Ilmu Komunikasi UNPAD tersebut.
Sementara Beny Herdiansyah, pelaku seni, dalam depth interview di Hotel D’Batoe mengungkapkan bahwa pertunjukan rakyat tradisional masih sangat dibutuhkan oleh masyarakat di perkotaan, terlebih lagi masyarakat desa, khususnya mereka yang berdomisili di daerah terpencil. “Saat ini masih ada kesenian tradisional yang bisa pentas di hotel- hotel berbintang pada acara – acara resmi maupun pada acara perkawinan (wedding party). Grup kami mendapat kesempatan petas 3 – 4 kali dalam satu bulan”, ujar pemilik grup kesenian Lingkungan Seni Gentra Pariwara tersebut. Wawancara tersebut sebagai trianggulasi data hasil FGD yang telah dilaksanakan sebelumnya. (NM)